Memasuki hari ke 70-an karantina (serius masih ada yang ngitungin?), masih banyak dari kita yang terpaku pada situasi kemarin-kemarin yang sangat berbeda sebelum coronavirus datang (kamu bukan salah satunya, kan?). Memang sih, pandemi ini bikin semua orang ketar-ketir: kelarnya gak tau kapan, padahal hidup harus terus jalan. Apalagi buat kamu pemilik bisnis yang harus bayar karyawan dan usahanya jadi sumber utama pemasukan, pasti mulai berasa susahnya, kan? Tapi, daripada ngeluh dan stres sendiri sama hal yang gak bisa diprediksi, mending kamu cek beberapa hal yang mungkin bisa diterapin ini deh. It’s time to fight for another day, yo.
1. Jujur dan terbuka
Iya, paham banget kok kalo employee dari bisnismu jadi salah satu beban pikiran saat ini. Punya banyak employee yang produktif, gak nyusahin dan inisiatif memang bikin senang, tapi gimana dong kalo keuangan dari bisnis juga lagi labil gini? Well, salah satu hal yang harus kamu lakukan sih jujur dan terbuka aja dengan kondisi bisnismu sekarang. Kasih tau kalo mereka, para karyawanmu, juga pantas dapat yang terbaik karena etos kerjanya selama ini, tapi di situasi sekarang, terpaksa kamu harus merubah sesuatu untuk survive.
Coba deh mulai diskusi dengan mereka tentang hal yang terbaik dan bisa dilakukan saat ini. Misal work harder dengan strategi yang agak berbeda, WFH dengan risiko banyak distraksi, no work no pay atau mungkin gajian dengan sistem cicilan. At least, dengan jujur dan terbuka sama karyawan sendiri, mereka jadi tau kalo kamu peduli dan mereka gak sendiri.
2. Jangan segan coba strategi baru
Gak ada kata terlambat untuk mulai beralih ke strategi yang baru saat pandemi. Kamu bisa mulai dengan observasi pada kebiasaan baru target market-mu selama WFH atau tap in ke momen-momen besar, misalnya Ramadan. Beberapa strategi yang mulai ramai untuk diadopsi misalnya kemasan produk yang bulky, home delivery atau bundling produk sambil donasi. Selain strategi bentuk produk yang berubah, kamu juga bisa kerja sama dengan teman yang bisnisnya sama-sama lagi berdarah-darah. Jangan lupa untuk maintain hubungan baik dengan pelanggan dan pelan-pelan shifting ke metode jemput bola alias menghubungi calon pelanggan satu-persatu.
3. Kontrol aset dan kas pengeluaran
Kalo dari tadi lebih ke strategi, kali ini dari sisi keuangan. Biar tetap bisa bayar operasional dan gaji karyawan, perlahan-lahan, mulai stop pengeluaran yang memang kurang penting dan gak masuk ke kategori darurat. Masih belum tau prioritas pengeluaran bisnismu? Well, ini saat yang tepat untuk mulai bikin peta prioritasnya!
Selain fokus ke pengeluaran yang penting-penting aja, kamu juga bisa mulai merelakan sedikiiittt aset atau investasi yang sifatnya hanya sebagai penopang usaha. Mungkin bisa dijual, digadaikan atau disewakan kalo kamu belum rela untuk melepas sepenuhnya. Dengan cara ini, setidaknya kamu jadi punya dana tunai sementara yang bisa dipakai untuk operasional usaha.
Jangan lupa untuk belajar dari pengalaman juga ya! Next time, hitung-hitung berapa banyak hot money yang kamu butuhin agar biaya operasional bisnis tetap bisa dibayar in case situasi nyusahin kayak gini datang lagi.
4. Do something for the future
Coba pikirin deh, selain bisnis masker dan hand sanitizer, bisnis apa yang paling bisa survive di kondisi saat ini? Salah satu jawabannya pasti bisnis yang memang udah jadi market leader di pasarnya sendiri. Meskipun saat ini kamu gak bisa spending budget sedikit lebih banyak dari biasanya, gak ada salahnya untuk mulai serius dan melirik investasi jangka panjang berbentuk promosi.
Gimana kalo ternyata usahamu termasuk yang harus tutup selama pandemi? Kegiatan promosi justru jadi alat yang paling efektif biar pelanggan tetap ingat dengan usaha yang kamu jalankan.
Kamu bisa mulai ‘investasi’ ini dengan mengatur aset-aset digital seperti media sosial dan website semaksimal yang kamu bisa. Apalagi dengan pembatasan kegiatan di luar rumah saat ini, semakin banyak orang yang stuck dengan smartphone-nya. Ke depannya, selalu terbuka pada opsi untuk kerja sama dengan pihak luar yang lebih expert di bidang ini, ehem, misalnya, Studio Lengua, agar output-nya bisa sesuai dengan yang kamu harapkan.
5. Connect with your customer
Salah satu faktor paling besar yang bikin usahamu tetap survive saat ini adalah customer. Nah, untuk mendatangkan customer baru di tengah pandemi, tidak ada salahnya mengeluarkan effort lebih untuk terhubung dengan pelanggan baru dan pelanggan tetapmu. Kok bisa? Pelanggan yang merasa didengarkan cenderung memiliki attachment lebih tinggi. Hal ini bisa mendatangkan promosi berupa rekomendasi yang tentunya berdampak baik untuk usahamu. Selain itu, dengar mendengarkan para pelanggan, kamu jadi lebih tau kekurangan yang harus segera diatasi apalagi dengan strategi berbeda yang masih menyesuaikan dengan situasi saat ini.
So, apapun yang kamu lakukan untuk bisnismu saat ini, semoga hasilnya membuatmu tetap bisa bertahan, ya! Remember, we are all in this together!
コメント